Universitas Negri Malang

Senin, 05 Mei 2014

Kurikulum Pendidikan Kejuruan

KURIKULUM PENDIDIKAN KEJURUAN

Pendidikan Kejuruan menurut Rupert Evans (1978) mendefinisikan bahwa pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistim pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu berkerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang bidang perkerjaan lainnya. 
Sedangkan menurut Undang – Undang No.2 tentang Sistim Pendidikan Nasional : Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan perserta didik untuk dapat berkerja dalam bidang tertentu. Atau yang lebih spesifik dalam Peraturan Pemerintah No.29  Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah, yaitu : Pendidikan  Menengah  yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk pelaksanaan jenis pekerjaan tertentu. 
Dari  definisi di atas dapat disimpulkan Pendidikan Kejuruan adalah: Pendidikan yang mempersiapkan perserta didiknya untuk memasuki lapangan kerja.

2.2. TUJUAN PENDIDIKAN KEJURUAN
Rupert Evans (1978) merumuskan pendidikan kejuruan bertujuan untuk :
a.        Memenuhi kebutuhan masyarakat akan tenaga kerja
b.  Meningkatkan pilihan pendidikan bagi setiap individu
c.       Mendorong motivasi untuk belajar terus.
Dalam Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 1990 merumuskan bahwa Pendidikan Menengah Kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.
Sekolah menengah kejuruan (SMK) sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan Pasal 15 UU SISDIKNAS, merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.


Dapat disimpulkan bahwa Tujuan Pendidikan Kejuruan adalah: mempersiapkan perserta didik sebagai calon tenaga kerja dan mengembangkan eksistensi peserta didik, untuk kepentingan peserta didik, masyarakat, bangsa  dan negara.

2.3 MODEL KONSEP KURIKULUM
Menurut Suharsimi (2007, 56) disebutkan ada 4 (empat)  model kurikulum yang berkembang hingga saat ini, yaitu:
1. Model kurikulum Subjek  akademik
2. Model kurikulum Humanistik
3. Model kurikulum rekonstruksi sosial
4. Model kurikulum Teknologi

1.      KURIKULUM SUBJEK AKADEMIS

Merupakan model konsep kurikulum yang paling tua, sejak sekolah yang pertama dulu berdiri. Kurikulum ini menekankan pada isi atau materi pelajaran yang bersumber dari disiplin ilmu. Penyusunannya relatif mudah, praktis, dan mudah digabungkan dengan model yang lain. Kurikulum ini bersumber dari pendidikan klasik, perenalisme dan esensialisme, berorientasi pada masa lalu. Kurikulum subjek akademi lebih mengutamakan isi pendidikan. Isi pendidikan diambil dari setiap disiplin ilmu sesuai dengan bidang disiplinnya para ahli , masing – masing telah mengembangkan ilmu secara sistematis , logis , dan solid.
Belajar adalah menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam belajar adalah orang menguasai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan yang diberikan atau disiapkan oleh guru.Fungsi pendidikan adalah memelihara dan mewariskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan nilai-nilai budaya masa lalu kepada generasi yang baru.

Menurut kurikulum ini, belajar adalah berusaha menguasai isi atau materi pelajaran sebanyak-banyaknya. Kurikulum subjek akademik tidak berarti terus tetap hanya menekankan materi yang disampaikan, dalam sejarah perkembangannya secara berangsur-angsur memperhatikan juga proses belajar yang dilakukan peserta didik. Proses belajar yang dipilih tergantung pada segi apa yang dipentingkan dalaam materi pelajaran tersebut.

Ada 3 pendekatan dalam perkembangan kurikulum subyek akademis:
1.      Melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan, murid – murid belajar bagaimana memperoleh dan menguji fakta – fakta dan buka sekedar mengingat – ingatnya.
2.      Studi yang bersifat integratif ini merupakan respon terhadap perkembangan masyarakat yang menuntut model – model pengetahuan yang lebih komprehensif – terpadu.
3.      Pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah fundamentalis. Mereka tetap mengajar berdasar mata pelajaran dengan menekankan membaca, menulis, dan memecahkan masalah matematis. Pelajaran yang lain dipelajari tanpa dihubungkan dengan kebutuhan praktis pemecahan masalah dalam kehidupan.

Konsep Dasar
Anak atau siswa adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Mereka adalah subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan. Tugas Guru adalah menciptakan situasi yang permisif yang mendorong siswa untuk mencari dan mengembangkan pemecahan sendiri.

Ciri kurikulum Subjek Akademis:
1.      Tujuan Kurikulum subjek akademi adalah pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses penelitian.
2.      Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum subjek akademis adalah metode ekspositori dan inkuiri.
3.      Evaluasi, Kurikulum subjek akademi menggunakan bentuk yang bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran.
4.      Berkenaan dengan tujuan , metode , organisasi isi dan evaluasi.
5.      Organisasi isi antara lain:
·         Correlated curriculum
·         Unified atau Concentrated curriculum
·         Integrated curriculum
·         Problem Solving curriculum         
6.      Evaluasi bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran.
Mengatasi Masalah Disiplin Ilmu:
  1. Mengusahakan adanya penguasaan yang menyeluruh dengan menekankan pada bagaimana cara menguji kebenaran atau mendapatkan pengetahuan.
  2. Mengutamakan kebutuhan masyarakat dan aspek-aspek dari disiplin ilmu  yang sangat diperlukan dalam kehidupan masyarakat.
  3. Menekankan pengetahuan dasar, yaitu pengetahuan-pengetahuan yang menjadi dasar bagi penguasaan disiplin-disiplin ilmu yang lainnya.

Para Pengembang Kurikulum subjek akademi lebih mengutamakan penyusunan bahan secara logis dan sistematis daripada menyelaraskan urutan bahan dengan kemampuan berfikir anak.

Metode Inkuiri

“Metode inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode ini melibatkan peserta didik dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya “(Sumantri, 1998/1999:164).

Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang menekankan aktivitas siswa menemukan sendiri konsep-konsep ilmu pengetahuan dengan cara melakukan percobaan.
Metode inkuiri merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sejumlah informasi dengan atau tanpa bantuan guru.

Penerapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini menekankan pada kegiatan pengamatan, eksperimen dan diskusi terhadap sifat-sifat cahaya dengan maksud agar siswa dapat belajar lebih aktif dan lebih bermakna.

Metode inkuiri merupakan salah satu metode mengajar. Istilah metode penemuan/ inkuiri (discovery methode) didefinisikan sebagai suatu prosedur yang menekankan belajar secara individual, manipulasi objek atau pengaturan / pengkondisian objek, dan eksperimentasi lain oleh siswa sebelum generalisasi atau penarikan kesimpulan dibuat (Gilstrop, 1975:63)

Inkuiri adalah suatu metode yang digunakan dalam pembelajaran (fisika/Sains) dan mengacu pada salah satu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan atau informasi atau mempelajari suatu gejala. (Koes, 2003:12)

"Apa Itu Belajar ?"

Semua orang diduinia ini selalu melakukan aktifitas "Belajar" disetiap harinya. Belajar tidaklah selalu membaca buku untuk mendapatkan wawasan atau informasi, melainkan juga dapat melakukan aktifitas baru yang belum pernah kita lakukan. Dengan melakukan hal baru yang belum pernah sama sekali kita lakukan secara tidak sengaja kita akan terbawa kedalam proses pembelajaran karena dengan melakukan kita dapat mendapatkan wawasan, pengetahuan dan skill.

Lantas apa pengertian dari "belajar" itu sendiri ?
Apakah hanya sebuah proses dalam usaha mendapatkan wawasan, pengetahuan dan keahlian ?


PENGERTIAN BELAJAR
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti “ berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Defenisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai keapandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapat ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu , memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu ( Fudyartanto, 2002).
Sedangkan menurut Hilgrad dan Bower ( Fudyartanto,2002), belajar (to leran) memiliki arti : 1) to gain knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study; 2) to fix in the mind or memory; memorize; 3) to acquire trough experience; 4) to become in forme of to find out. Menurut definisi tersebut, belajar memiliki pengertian memproleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.

Definisi etimologis tersebut di atas mungkin sangat singkat dan sederhana sehingga masih diperlukan penjelasan terminologis secara mengenai definisi belajar yang lebih mendalam. Banyak ahli yang mengemukakan pengertian belajar diantaranya; menurut Cronbach (1954) “Learning is shown by change in behavior as result of experience”, belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman. Pendapat ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Spears (1955). Menurut Morgan dan kawan-kawan (1986), belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau penagalaman.  Perubahan yang terjadi melalui proses belajar ini bisa saja ke arah yang lebih baik atau malah sebaliknya. Yang jelas kualitas belajar seseorang ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang diperolehnya saat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Dari berbagai definisi tersebut dapat ditemukan persamaan dan perbedaan antara ahli psikologi dan ahli pendidikan. Perbadaannya adalah ahli psikologi memandang belajar sebagai perubahan yang dapat dilihat dan tidak peduli dengan hasil belajar tersebut. Sednagkan para ahli pendidikan memandang bahwa  belajar adalah proses perubahan manusia kea rah tujuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi diirnya maupun orang lain.
  CIRI-CIRI BELAJAR


Dari beberapa definisi para ahli, dapat disimpulkan adanya bebrapa ciri belajar:
a.       Belajar ditandai dengan adanya tingkah laku.
b.      Perubahan tingkah laku tersebut relative permanen ( tidak berubah-ubah).
c.  Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.
d.      Perubahan tingkah laku adalah hasil latihan atau pengalaman.
e.    Pengalaman atau latihan tersebut dapat member panguatan sehingga memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.
PRINSIP BELAJAR

Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar seorang guru perlu memerhatikan beberapa prinsip belajar berikut (Soekamto dan Winataputra) :
a.   Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar bukan orang lain sehingga siswa harus aktif.
b.   Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
c.  Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.
e.   Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.



PROSES BELAJAR
 
Proses belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat saraf individu yang belajar. Proses belajar ini terjadi secara abstra sehingga tidak dapat diamati. Oleh karena itu proses belajar hanya dapat diamati jika ada perubahan perilaku yang berbeda dengan sebelumnya. Sedangkan perubahan perilaku tersebut bisa dalam hal pengetahuan, afektif maupun psikomotorik.
Tahap-Tahap Proses Belajar Menurut Gagne :
a.       Tahap Motivasi: saat motivasi dan keinginan siswa untuk melakukan kegiatan belajar bangkit.
a.       Tahap Konsentrasi: saat siswa harus memusatkan perhatian yag telah
ada pada tahap motivasi.
c.  Tahap Mengolah: siswa menahan informasi yag diterima dalam tempat penyimpanan jangka pendek (Short Term Memory), kemudian mengolah informasi untuk diberi makna berupa sandi-sandi sesuai dengan penangkapan masing-masing.
d.      Tahap Penyimpanan: sisiwa menyimpan simbol-simbol hasil olahanyang telah
diberi makna ke dalam udang ingatan jangka panjang (Long Term Memory), dalam tahap ini hasil belajar sudah diperoleh.
e.  Tahap Menggali 1: siswa menggali informasi yang telah disimpan  dalam LTM ke STM untuk dikaitkan dengan informasi baru yang telah diterima.
f.  Tahap Menggali 2: menggali informasi yang telah disimpan dalam LTM untuk persiapan fase prestasi, baik langsung maupun melalui STM. Tahap ini diperlukan untuk kepentingan kerja, menyelesaikan tugas, menjawab pertanyaan atau soal/latihan.
g.  Tahap prestasi: informasi yang telah tergali pada tahap sebelumnya  digunakan untuk menunjukkan prestasi yang merupakan hasil belajar.
h. Tahap Umpan Balik: siswa memperoleh penguatan saat perasaan puas  atas prestasi yang ditunjukkan. 

 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR



Faktor Internal, adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu.
a.       Faktor Fisiologis: faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor ini dibagi menjadi dua. Pertama keadaan tonus jasmani dapat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang, missal kondisi fisik yang bugar akan memberika pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya kondisi badan yang lemah atau sakit dapat menghambat aktivitas  tercapainya hasil blajar yang maksimal. Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah dengan menjaga pola makan yang sehat, rajin berolahraga dan istirahat yag cukup. Kedua keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, pera fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dnegan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik.
b.      Faktor Psikologis: adalah keadaan psikologis seorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa factor psikologis yang utama yang mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, bakat, minat.

Faktor eksternal atau eksogen yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor social dan non sosial.
a.       Lingkungan sosial:
·         Lingkungan sosial sekolah
·         Lingkungan sosial masyarakat
·         Lingkungan sosial keluarga
b.      Lingkungan nonsosial:
·         Lingkungan alamiah: kondisi udara, sinar, cuaca dan sebagainya.
·         Faktor instrumental: perangkat belajar yang digolongkan menjadi dua macam yaitu hardware dan software.
·         Faktor materi pembelajaran

Didalam Belajar memiliki tujuan tertentu yang ingin kita capai. Sehingga ciri-ciri belajar adalah terdapatnya aksi atau tindakan dan perubahan dari yang tidak mengerti menjadi mengerti serta ada banyak faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran entah itu dari lingkungan atau dari pada diri sendiri.

Demikian posting dari saya ...
Bila ada Kurangnya mohon anda berkomentar , komentar yang bersifat membangun tentu akan membuat saya lebih mengerti.
Terimakasih...

Tedy Sanjaya